Perayaan Sembahyang Rebut di kelapa Kampit, Meriah

7 Sep 2025 | Agama, Berita Utama

Manggar, Diskominfo SP Beltim — Perayaan Sembahyang Rebut (Chit Nyet Pan) di Kelenteng Kelapa Kampit yang dilaksanakan Yayasan Kelenteng Kelapa Kampit pada Sabtu (6/9), berlangsung meriah.

Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Belitung Timur (Beltim), Kamarudin Muten sekaligus Ketua Yayasan Klenteng Kelapa Kampit dan diramaikan warga masyarakat dari berbagai daerah. Kamarudin Muten mengatakan pada moment sembahyang rebut ini berlangsung bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-80 yang mengangkat tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera.”

Ia menyampaikan kegiatan ini menjadi sarana mempererat kebersamaan, solidaritas, dan kepedulian sosial.

“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para donatur yang telah memberikan sumbangan dalam bentuk beras dan dana untuk kegiatan kemanusiaan di Beltim,” ujarnya.

Ia menilai nilai-nilai toleransi di Beltim selama ini telah telah terjalin dan tetap terjaga yang telah menjadi ciri khas masyarakat Beltim.

“Perayaan ini membaurkan masyarakat tanpa melihat perbedaan suku dan agama. Kita harapkan tidak ada perpecahan karena kita semua bersaudara. Mari kita pertahankan persatuan, Belitung Timur adalah rumah bersama yang damai dan toleran,” ujar Kamarudin.

Tradisi sembahyang rebut bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga menjadi simbol harmonisasi antarumat beragama serta cermin keberagaman warga masyarakat.

Warga yang hadir tidak hanya warga keturunan yang merantau dan kembali ke Belitung tapi warga masyarakat di Kabupaten Beltim.

Dalam acara itu, dilaksanakan juga sembahyang rebut yang diawali dengan rebutan bahan pokok yang disediakan di atas altar dan merupakan simbol mengenang leluhur, mengingat akan masa hidupnya, akan budi kasih leluhur yang telah merawat dan memberikan bimbingan.

Kemudian warga masyarakat dihibur oleh artis ibukota untuk menambah suasana semarak dan meriahnya acara itu.

Pada puncak perayaan sembahyang rebut, ditandai dengan pembakaran Patung Te Se Ja dan replika pesawat, kapal dan lainnya tepat pukul 12.00 malam yang dipercaya sebagai simbol penjaga arwah yang dibakar pada puncak sembahyang. (Ver)